Postingan

Tentang Salah yang Ku Anggap Benar

Gambar
Hai apa kabar, lama rasanya tidak kembali. ruang bercerita yang lama tidak ku singgahi. Kau tahu? Aku datang karena aku tidak lagi punya pendengar, banyak tawa dan lara yang ingin aku sampaikan, hanya saja baru kali ini bisa untuk ku suarakan. Di dunia ini terlalu ramai, tapi tidak satupun, tidak ada kata damai bahkan pada diriku sekalipun. Mungkin saja setelah disini, perasaan kalut ini lantas pergi. Semoga saja setelah datang aku jadi mengerti arah mana untuk pulang. Ke semestaku yang asli. Dan bukan di sini. Dari mana aku harus mulai? Dewasa ini rapuhku semakin menjadi-jadi. Aku hanya ingin mengeluh mengenai beberapa hal, tentang dunia, tentang manusia, hidup dan tentang bertahan. Aku bersyukur karena Tuhan begitu baik, memperkenankan seorang sepertiku untuk tinggal di bumi. Mengenali satu persatu kuasanya yang membuatku takjub dan muak pada masa yang sama. Tidak, tidak ada yang menyalahkan Tuhan disini. Walau bagaimanapun Tuhan tetaplah yang terbaik, manusianya saja yang

DARAH YANG SAMA DITUMPAH RUAH.

Gambar
Harus bagaimana cara mengubah pola pikir manusia zaman sekarang. kini dunia yang kejam menjadi pemicu selisih paham. Kesalahan kecil diumbar-umbar menimbukan perpecahan. Tidak hanya antar sesama, antar keluarga, antar agama, dan antar negara. Bahkan bisa saja suatu hari nanti dunia mulai bertindak tak terarah sesuai kehendak EMOSI dan AMBISI yang memuncak dengan mudah. Munkin bukan salah wilayah, takdir, kebiasaan, atau ajaran yang kita yakini.   Ini perkara oknum-oknum tidak bertanggung jawab di dalamnya yang tidak bisa mengkaji makna hakiki dari ajaran yang telah dipelajari. Kemudian tersebar luas dikalangan para awam yang mencari kebenaran, tanpa mengerti pendapat dari berbagai sisi, kemudian Ia jalani. Tanpa perduli kita adalah seorang hamba, mahluk terlemah dimata Tuhannya. Mahluk yang Tuhan ciptakan untuk saling sayang serta mengasihi. Mahluk yang hidup agar saling menolong dan melindungi. Manusia yang hakikat harkat dan martabatnya sama dimata Ilahi. Kita adalah darah yang

PRIA - WANITA

Karena ini bukan lagi puisi. Aku putuskan, kita tidak tengah sedang memahami kemudian bermain imaji. Ini hanya tentang pria dan wanita. Tidakkah indah jika keduanya saling bersama “tanpa ikatan tahu-tahu telah sah saja” .Tidak, jangan berpikir ini tentang diriku , usiaku masih belum cukup untuk hal itu. Lebih kepada seluruh wanita muslim saja, nonmuslim juga tak masalah jika persepsi kita sama. Mindset memaksa prinsip untuk berkata “maaf kita berteman saja, kamu sudah seperti kakakku, kamu terlalu baik, maaf saya single fii sabilillah” dan kalimat-kalimat penolakan cantik lainnya, hanya untuk para pria paham situasi kita.  Oh GOD  pria tahu apa tentang perasaan setelahnya? Sebab dalam peran wanita terlalu manis memainkannya (+). Jujur saja wanita itu akan menganggap dirinya yang terlalu jahat, kesempatan berkomiten akan semakin berat, Si lelaki pergi untuk mencari pengganti, terlebih jika Si lelaki benar-benar dia sukai, bisa bayangkan rasa sedih yang dia alami? Dilema rasanya saat se

MENIPUKAH AKU....

Bagaimana mungkin.... Berulang kali bertanya hanya sepi Ku pertegas lagi ... Ku tanya kembali pada Sang hati Tak ada jawabnya... Tetap hanya  sunyi! Hati mati tak bersuara Yang aku tahu , hati hanya bisa merasa Pikiran hanya mampu memanipulasi suasana Hingga fantasi lama terbayang dengan nakalnya Terlintas sejenak, mungkinkah aku masih sama ? Masih menggenggam senja kelabu Selalu merindu untuk manusia itu... Ah, ini salah Nak ! pikirku Penuhkan sibukku lagi Agar kamu tak lagi kurindu Menulislah atas puisi saat ini Agar tak jadi benalu di kepalaku Menipukah aku ?............. Walaupun tahu Berpaling padahal ingin melihat Acuh padahal ingin sangat peduli Melepas padahal ingin menggenggam Keras padahal ingin seperti kapas Serta pergi, padahal ingin mengharap kembali. Kamu pasti tak tahu, Percayalah! Lebih dari sekedar aku menipumu. 

ADA NAMA YANG LAIN

Serupa remaja yang selalu berjuang. Terus berjuang tanpa tahu apa yang diperjuangkan. Jatuh  pada posisi dimana tak seorangpun berkenan. Posisi merana yang tak pernah ada akhirnya. Hidup ini terlalu panjang untukku lewatkan sendirian, Sayang... Saat sendiri, rindu demi rindu ku simpan tanpa kau tahu. Pada hati telah tertulis namamu. Meski pada hatimu telah tertulis nama yang lain. Bukan namaku. Kini aku menjauh bukan untuk menjadi musuh. Jangan berpikir keruh. Hanya lelah dengan hati yang separuh. Belum sembuh lukaku. Kau datang membawa cerita baru. Drama percintaanmu untuk menghempasku. Untuk kemudian aku yang bersandiwara. Menutup aral duka lara Aku lelah, berhentilah!!! Diamlah sejenak dalam duniamu. Karena aku masih jadi pencemburu ulung, Saat bukan aku penyebab tawa riangmu itu.

KAMU, BUKAN KAMU YANG AKU MAU (DEPAN BANGKU)

(ini bukan puisi) Beralih pada filosofi-filosofi remaja yang pernah mencintai. Memiliki angan-angan yang berharap suatu saat akan meninggi, atau mungkin beserta harapan dalam doa agar semua real terjadi. AKU BUKANLAH SEPERTI ITU. Memilikimu bukan tujuan utamaku.      Bersama- sama setiap waktu di dunia putih abu-abu. Membuatku menghargai segalanya. Segala hal yang ternilai tak berguna banyak sekali menyimpan makna. Terutama kamu, yang entah lagi-lagi karena apa dan mengapa , dengan diamnya mampu menjaga, menyimpannya sendiri dalam hati. Ya… sendiri.      Terkadang datang segala pikiran picik tepat di depan mataku. Mengapa kehidupan kejam membiarkan aku berjuang seorang diri. Menahan perih di setiap sakit hati, memendam rasa dari lama hingga saat ini. Sampai ingin ku berlari dari puncak gunung tertinggi, melompat dari gedung atau tebing pencakar langit, menyelam kemudian hilang di samudera yang sunyi. Dengan diiringi kalimat-kalimat penuh emosi mungkin juga ambisi (AKU TAK INGI